Rencana DPR untuk meneruskan pembangunan gedung baru DPR terus menuai kritik dari berbagai kalangan. Bahkan, pernyataan Ketua DPR Marzuki Alie langsung ditanggapi sejumlah pakar di Kota Semarang. Marzuki Alie sebelumnya menyatakan bahwa rakyat biasa jangan diajak membahas pembangunan gedung baru. Hanya orang-orang elite, orang-orang pintar, yang bisa diajak membicarakan masalah itu.
Mantan Ketua Forum Rektor Indonesia yang juga mantan Rektor Undip Semarang, Prof Ir Eko Budihardjo, Minggu (10/4/2011) di Semarang, Jawa Tengah, menyambut pernyataan politisi Partai Demokrat tersebut. "Kalau Pak Marzuki menyatakan hanya orang-orang pintar yang bisa diajak membicarakan masalah ini, maka kami akan bicara," ujar Eko.
Selain Eko, hadir juga sejumlah pakar dari Undip Semarang, seperti Prof Dr Ir Sugiono Soetomo (Ketua Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan Undip), Prof Ir Totok Roesmanto (Ketua Program Magister Teknik Arsitektur Undip), Dr Ir Bambang Setioko (dosen Fakultas Teknik Undip), Dr Ir Adi Nugroho (dosen komunikasi Undip), dan sejumlah anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Undip. Mereka menyayangkan pernyataan Marzuki Alie yang dinilai menyakiti hati rakyat.
Atas pernyataan Marzuki, Eko bersama beberapa pakar arsitektur di Semarang pun mengkritik pembangunan gedung baru DPR yang dinilai sangat mewah sehingga menelan biaya triliunan rupiah.
"Kami ingin menyentuh nurani wakil rakyat dan mengusulkan rencana pembangunan gedung baru agar ditinjau ulang, diprogram kembali, didesain kembali sesuai hukum yang berlaku secara demokratis dan lebih terbuka," ujar Eko.
Adapun Prof Dr Ir Sugiono Soetomo menegaskan, pihaknya tidak melarang DPR untuk membangun gedung jika gedung DPR yang ada sekarang ini sudah tidak layak. Namun, sebaiknya pembangunan gedung baru DPR tidak harus seperti yang dilakukan saat ini.
Bambang Setioko pun memberi tanggapan atas hal itu. "DPR secara tidak sadar sedang membangun antidemokrasi, yang tidak mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di sekitarnya," ujarnya.
Sementara itu, Adi Nugroho dan Totok Roesmanto menilai seharusnya jika gedung tersebut merupakan rumah aspirasi rakyat, maka DPR seharusnya membangun gedung yang desainnya menyatu dengan rakyat, bukan meniru model gedung dari luar. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pembangunan gedung baru mengurangi ruang hijau publik di Jakarta.
DPR memutuskan terus berjalan dengan proyek pembangunan gedung baru beranggaran Rp1,138 triliun. Masukan dan kritik keras yang dilayangkan sebagian besar masyarakat tak mampu menyurutkan langkah para wakil rakyat untuk memiliki gedung baru. Ungkapan kecewa, kesal, bahkan pasrah, dilontarkan para pembaca Kompas.com dalam kolom komentar di beberapa berita pasca DPR memutuskan melanjutkan pembangunan gedung baru. Apa saja komentar mereka? Kusworo, yang mem-posting komentar pada Kamis (7/4/2011) pukul 19.41 mengatakan, "Bosenlah..!!terserah apa maunya para anggota dewan yg terhormat???".
Fransiskus Tulolo mengungkapkan kekecewaannya karena wakil rakyat ternyata tak mendengarkan opini yang dilontarkan publik selama ini. "Memang DPR sudah buta dan tuli, shg tidak lagi mau mendengar dan melihat keinginan Rakyat....waktu nya untuk unjuk perasaan apa yg kita inginkan !".
Komentar senada juga dituliskan Agus Susilo, yang teringat dengan perkataan mantan Presiden Abdurrahman Wahid tentang para anggota DPR. Apa kata Agus?
"Beginilah nasib bangsaku kalau wakil rakyat sudah tidak mempunyai kemampuan mendengar dan melihat rakyatnya...... semua yang dikatakan almarhum gus Dur tentang wakil rakyat semuanya benar walaupun dulu saya sempat tidak percaya sama Gus Dur ternya sekarang semua terbukti....kwalitas wakil rakyat kami ya seperti ini.... mana yang wakil partai mana yang wakil rakyat jelas sekarang....," demikian Agus
.
Tetap teriak Seusai rapat konsultasi, Kamis (7/4/2011) petang, Wakil Ketua DPR Anis Matta berdalih, Dewan sudah merespons masukan publik terhadap rencana pembangunan gedung DPR. Respons itu, setidaknya, dengan melakukan efisiensi dari sisi anggaran.
"Secara umum, alasan (fraksi) yang menyetujui adalah semua kritikan dari masyarakat sudah diproses dalam rapat konsultasi 19 Oktober tahun lalu, mulai soal efisiensi, hingga aspek lainnya," kata Anis.
Wakil Ketua DPR, Pramono Anung, meminta masyarakat mendukung keputusan DPR, dengan terus meneriakkan agar anggaran pembangunan gedung diturunkan. "Yang paling penting kan dukungan masyarakat bisa meneriakkan harga gedung lebih murah. Kami juga berharap harga gedung ini bisa lebih murah," ujar Pramono.
Menanggapi pernyataan Pramono ini, beberapa pembaca meresponsnya dengan berbagai komentar. "Kirain teriak turunkan harga apa, gak taunya harga gedung?? Oalah, kirain harga sembako," tulis Amir Saipudin. Komentar Mohamad Idris Rozy lain lagi, "rakyat sdh capek bos berteriak pada pemimpin yg budek, bos wakil kami tapi tidak keras teriaknya membela kami," katanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar